top of page

INTRODUCING “MOKOKAWA RIVER”


Senangnya menyambut tahun baru di tempat yang begitu jauh dari kebisingan padatnya kota menjelang pergantian tahun baru 2017. Kali ini saya bersama CAMPLADEAN beserta tim dari Pecinta Alam lainnya memilih Mokokawa River, melihat sungai dan menyusuri hutan yang kali ini medannya tidak terlalu sulit dibandingkan ke Suku Pedalaman Kolobias di trip saya sebelumnya.

Sebelum perjalanan saya dibantu oleh teman-teman untuk mempersiapkan logistik dan melengkapi peralatan. Perjalanan dimulai pada hari Kamis tanggal 29 dan kembali pada hari Sabtu, 31 Desember 2016 tepatnya jam 17.00 di hari yang gerimis. Start dari desa Tontoan, kecamatan Luwuk, kabupaten Banggai, SULTENG menggunakan ojek sekitar 30 menit dengan harga Rp. 30.000 dan harus berhati-hati karena jalanan sangat terjal dan licin sehingga ojek yang kita tumpangi bisa saja tergelincir.

Kami tiba sekitar jam 22.00 dikarenakan turunnya hujan berangin dan hari sudah sangat gelap mengakibatkan kami harus berhenti di beberapa titik dan menunggu cuaca reda untuk berjalan kembali, itulah alasan saya tidak dapat mengambil gambar pada saat dalam perjalanan dan beruntungnya kami tiba dengan selamat setelah berjalan kaki diselingi istirahat dalam perjalanan sekitar kurang lebih 8 jam yang tadinya lokasi ini hanya sangat dekat, hanya sekitar 60 menit berjalan kaki (santai), namun berbagai kendala (eror) di lapangan mengakibatkan kami tiba tidak tepat waktu dan sesampainya di Mokokawa River kami langsung mempersiapkan tenda dan juga makan malam.

Keesokan harinya saya mulai mengeksplor Mokokawa River, udara yang begitu sejuk dan air yang sangat dingin dan begitu bersih terjaga dari sampah menambah keindahan sungai ini. Setelah ditelusuri ketika saya menanyakan apa arti dari Mokokawa, ternyata dari bahasa Saluan maupun dari bahasa Loinang tidak ditemukannya arti dari Mokokawa, mereka (informan) meyakini bahwa Mokokawa berasal dari bahasa Jepang akibat dari penjajahan dahulu yang masuk ke Indonesia khususnya wilayah pedalaman (pegunungan) Banggai dan sekitarnya.

Walau alam adalah tujuan kita untuk mencari sandaran, maka air adalah wujud terbaik sebagai obat ketenangan jiwa kita. Manusia layaknya tetap menjaga kebersihan sungai, menjaganya agar tetap indah dan tetap lestari. Sumber kehidupan yang seperti inilah yang membuat saya selalu bersyukur berjumpa dengan ciptaan Tuhan yang sangat indah.

Find me on :

FB : Nabillah Djindan

IG : Nabillah Djindan

ID Line : nabillah1191

Path : Nabillah Djindan

You Might Also Like:
Strip 1
Strip 2
Strip 3
Strip 4
Strip 5
Strip 6
Strip 7
Strip 8
Strip 9
Strip 10
Strip 11
Strip 12
Strip 13
Strip 14
Strip 15
Strip 16
Strip 17
Strip 18
Strip 19
Strip 20
Strip 21
Strip 22
Strip 23
Strip 24
Strip 25
Strip 26
Strip 27
Strip 28
Strip 29
Strip 30
Strip 31
Campladean's Talent

Nabillah. 01/01/1991. Doctoral Student at Universitas Indonesia. Adventure Enthusiast. Avid Reader.

 

Read More

 

Search by Tags

© 2023 by Going Places. Proudly created with Wix.com

bottom of page